Khusyu’ merupakan kalimat yang tidak asing lagi bagi kita. Biasanya, kata khusyu’ ini digunakan sebagai sifat dari ibadah shalat. Walaupun khusyu’ ini sering disebut-sebut, namun dalam prakteknya tidaklah semudah mengatakannya ataupun membahasnya secara teori. Hal ini pun bisa kita rasakan sendiri, betapa susahnya menghadirkan khusyu’ dalam shalat. Sehingga masalah khusyu’ ini bukan perkara enteng (baca: ringan). Apalagi Rasulullah telah memberitakan bahwa pertama kali yang akan dicabut pada umat ini adalah khusyu’.
Sebagaimana
Rasulullah bersabda:
أَوَّلُ شَيْئٍ يُرْفَعُ مِنْ هَذِهِ اْلأُمَّةِ
الْخُشُوْعُ حَتَّى لاَ تَرَى فِيْهَا خَاشِعاً
“Pertama kali yang akan dicabut pada umat ini adalah khusyu’ sampai engkau tidak akan melihat lagi ada orang yang khusyu’.” (H.R Ath Thabrani dalam Al Kabir, dari sahabat Abu Dzar yang dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani).
Sudah
menjadi maklum, bahwa shalat lima waktu merupakan rukun kedua dari rukun-rukun
Islam. Menunjukkan ibadah shalat ini memiliki kedudukan yang tinggi di sisi
Allah. Selain itu, ibadah shalat merupakan tiang agama. Seseorang akan menjadi
kokoh di atas agamanya bila ia telah menegakkan shalat dengan sebenar-benarnya.
Rasulullah bersabda:
Rasulullah bersabda:
“Kepala
dari seluruh perkara agama adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya
adalah jihad.” (HR. At Tirmidzi, dihasankan oleh As Syaikh Al Albani dalam Al
Irwa’ 2/138)
⚠ Oleh
karena itu Allah menjadikan ibadah shalat ini sebagai barometer dari
amalan-amalan ibadah lainnya. Maksudnya, bila shalat itu dikerjakan dengan baik
sesuai petunjuk Rasulullah dan disertai khusyu’ maka amalan ibadah lainnya akan
teranggap baik semua. Sebaliknya, bila shalatnya jelek maka amalan ibadah
lainnya akan teranggap jelek semua. Sebagaimana Rasulullah menegaskan dalam
haditsnya:
“Pertama kali yang dihisab pada hari kiamat
adalah shalat, jika shalatnya baik maka baiklah seluruh amalannya, dan jika
shalatnya rusak, maka rusaklah seluruh amalannya.” (HR. Thabrani, Ash Shahihah
3/346 karya Asy Syaikh Al Albani).
Makna Khusyu’
Khusyu’
secara lughawi (etimonolgi) adalah semakna dengan khudhu’ yaitu ketenangan,
akan tetapi khudhu’ ini berhubungan dengan badan sedangkan khusyu’ mencakup
badan, pandangan, dan suara. Sedangkan khusyu’ secara syari’at (terminologi)
ada beberapa definisi di antara para ulama’. Di antaranya; Al Imam Ibnul
Qayyim, beliau berkata: “Khusyu’ adalah kokohnya hati di hadapan Rabb-Nya
dengan penuh kerendahan.” (Madarijus Salikin 1/521)
Sehingga khusyu’ itu tempatnya di dalam hati yang akan membuahkan kekhusyu’an pada anggota badan. Anggota badan itu tergantung pada hati, jika hatinya kosong dari khusyu’ maka akan mempengaruhi kekhusyu’an pada anggota badan. Kalaupun timbul kekhusyu’an pada anggota badan tapi tanpa diiringi dengan kekhusyu’an hati, maka perlu diwaspadai. Barangkali itu bersumber dari sifat kemunafikan yang harus dijauhi. Shahabat Hudzaifah berkata: “Takutlah kalian dengan khusyu’ nifaq. Maka ada yang berkata kepada beliau: “Apa khusyu’ nifaq itu? Beliau menjawab: “Engkau melihat jasadnya khusyu’ padahal hatinya lalai. (Madarijus Salikin 1/521)
Sehingga khusyu’ dalam shalat adalah memusatkan kosentrasi dalam hati untuk menghayati setiap apa yang digerakkan dan diucapkan dalam shalat disertai perendahan diri dan pengagungan kepada Allah Rabbul ‘alamin.
Al
Hasan Al Bashri berkata: “Khusyu’nya para sahabat itu bersumber dari hati. Oleh
sebab itu dapat mempengaruhi ketundukan pandangan-pandangan mereka dan
ketenangan anggota badan mereka. Sesungguhnya khusyu’ itu dihasilkan dari hati
yang penuh kosentrasi dan mengalihkan semua perhatian selain shalat serta dapat
berpengaruh baik kepada amalan-amalan ibadah selainnya. sehingga shalat itu
bagaikan tempat istirahat dan penyejuk mata baginya. Sebagaimana hadits
Rasulullah yang diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad, An Nasaa’i dan selainnya dari
sahabat Anas bin Malik, bahwa Nabi bersabda: “Dijadikan shalat itu sebagai
penyejuk pandanganku.” (Lihat Al Mishbahul Munir hal. 908)
In syaa
Allah bersambung...
Sumber:
http://buletin-alilmu.net/2006/09/19/meraih-khusyu-dalam-shalat-bagian-ke-1/
0 komentar
Posting Komentar