Bersin Itu Nikmat
Para pembaca rahimakumullah, salah satu bentuk nikmat yang banyak dari kita tidak menyadari, terlebih menyebut dan mengingatnya adalah bersin. Dalam sebuah hadits baginda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah mencintai bersin dan membenci menguap. Jika salah seorang dari kalian bersin lalu memuji Allah (dengan mengucapkan alhamdulillah), maka wajib bagi setiap muslim yang mendengarnya untuk mendoakannya.” (HR. al-Bukhari dari sahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu)
Demikianlah, bersin merupakan nikmat dari-Nya yang wajib bagi kita untuk mensyukurinya. Bersin merupakan suatu keadaan yang menunjukkan semangat dan ringannya badan, sehingga kita dapati seseorang yang bersin merasakan tubuhnya segar dan ringan serta tumbuh semangat untuk beribadah. Inilah sebab mengapa Allah mencintai bersin dan inilah pula yang menunjukkan bahwa bersin merupakan nikmat yang memang pantas untuk disyukuri. Oleh karenanya, disebutkan dalam hadits di atas bahwa bagi orang yang bersin hendaknya bersyukur dengan cara menghaturkan pujian kepada Dzat yang memberinya (Allah). Namun tentu bersin yang dimaksud bukan bersin karena sakit pilek dan semisalnya. (Lihat Fathul Bari)
Para pembaca rahimakumullah, Islam telah menganjurkan kepada pemeluknya segala hal yang bisa mendatangkan kebaikan dan memperingatkan dari segala hal yang bisa mendatangkan kejelekan. Termasuk dalam hal bersin, syariat ini telah membimbing kita dengan beberapa adab yang sangat bermanfaat bagi diri orang yang bersin ataupun orang lain. Oleh karena itu, pada edisi kali ini kami akan membahas tentang adab-adab tersebut dengan harapan ketika kita bersin mempunyai nilai lebih di sisi Allah subhaanahu wa ta’aalaa.
Adab dalam Bersin
Para pembaca rahimakumullah, dalam permasalahan ini akan dijelaskan tentang 2 hal; adab bagi orang yang bersin dan adab bagi orang yang mendengar orang lain bersin.
1. Adab bagi orang yang bersin
Di antara adabnya adalah;
a. Hendaknya memuji Allah setelah bersin dengan mengucapkan, “Alhamdulillah”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلِ الْحَمْدُ لِلهِ
“Jika salah seorang dari kalian bersin maka ucapkanlah اَلْحَمْدُ لِلهِ (segala puji bagi Allah).” (HR. al Bukhari)
Adapun bagi orang yang bersendawa maka tidak disyariatkan untuk mengucapkan Alhamdulillah karena tidak ada bimbingan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam perihal mengucapkan hamdalah ketika bersendawa. (Lihat Fathu Dzil Jalali wal Ikram)
Jumhur ulama berpendapat bahwa pengucapan hamdalah ketika bersin hukumnya sunnah, bahkan Imam an-Nawawi dalam al-Adzkar menyebutkan para ulama telah bersepakat bahwa hukumnya mustahab. (Lihat Fathu Dzil Jalali wal Ikram, al-Adzkar, Fathul Bari, dan ‘Aunul Ma’bud)
b. Menutup mulut dengan telapak tangan atau yang lainnya semisal sapu tangan. Sahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu bercerita, “Dahulu Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika bersin meletakkan tangan atau pakaian beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam pada mulut dan merendahkan suara bersinnya.” (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
Disebutkan oleh para ulama hikmah dari adab yang kedua ini;
- Mencegah tersebarnya penyakit yang keluar bersamaan dengan bersinnya seseorang.
- Mencegah terjadinya hal-hal yang mengurangi kenyamanan orang lain yang melihatnya karena terkadang keluar sesuatu yang kotor ketika bersin.
Namun yang perlu kita perhatikan pula jangan sampai seseorang ketika bersin menutup rapat hidungnya sehingga menyebabkan terhalangnya udara untuk keluar. Maka bukan seperti ini yang dimaksud, karena yang demikian bisa menimbulkan mudharat (efek negatif) bagi orang tersebut. (Lihat Syarah Riyadhus Shalihin ibn Utsaimin)
c. Merendahkan suara bersinnya, sebagaimana tersebutkan dalam hadits Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu di atas.
2. Adab bagi yang mendengar orang lain bersin
Di antara adabnya adalah;
a. Hendaknya dia mendoakan dengan mengucapkan يَرْحَمُكَ اللهُ . Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلِ الْحَمْدُ لِلهِ . وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ أَوْ صَاحِبُهُ يَرْحَمُكَ اللهُ . فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ اللهُ . فَلْيَقُلْ يَهْدِيكُمُ اللهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ
“Jika salah seorang di antara kalian bersin maka ucapkanlah الْحَمْدُ لِلهِ dan temannya yang mendengar hendaknya mendoakan dengan mengucapkan يَرْحَمُكَ اللهُ (semoga Allah merahmatimu). Jika temannya mengucapkan doa tersebut maka hendaknya dia mendoakannya dengan mengucapkan يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَ يُصْلِحُ بَالَكُمْ (semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu).” (HR. al-Bukhari)
Dari hadits di atas, dapat kita simpulkan bahwa bagi orang yang bersin namun tidak mengucapkan Alhamdulillah, maka tidak ada keharusan bagi orang yang mendengar untuk mendoakannya. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu dia berkata, “Ada 2 orang yang bersin di hadapan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam kemudian mendoakan salah satu dari mereka namun tidak mendoakan yang lainnya. Kemudian orang yang tidak didoakan bertanya kepada beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam, “Si fulan bersin lalu engkau mendoakannya sementara aku bersin engkau tidak mendoakanku?” Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Orang ini memuji Allah (mengucapkan hamdalah) sementara engkau tidak memuji Allah.”
Dari hadits di atas dapat disimpulkan pula bahwa ketika orang yang bersin didoakan dengan يَرْحَمُكَ اللهُ (semoga Allah merahmatimu), maka hendaknya membalas dengan mengucapkan doa:
يَهْدِيْكُمُ اللهُ وَ يُصْلِحُ بَالَكُمْ
“Semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki keadaanmu.”
Di samping tidak adanya keharusan untuk mendoakan orang yang bersin karena tidak mengucapkan hamdalah, ada pula keadaan yang juga tidak perlu untuk mengucapkan doa tersebut. Seperti ketika ada seseorang bersin sampai 3 kali secara berturut–turut, karena yang demikian ini menunjukkan bahwa dia sedang menderita pilek.
Berdasarkan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
شَمِّتْ أَخَاكَ ثَلَاثًا فَمَا زَادَ فَهُوَ زُكَّامٌ
“Doakan saudaramu(yang bersin dan mengucapkan hamdalah) sebanyak 3 kali. Adapun selebihnya maka itu adalah sakit pilek.” (HR. Abu Dawud dari sahabat Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu)
Maka jika kondisinya seperti ini hendaknya kita mendoakan kesembuhan bagi orang tersebut.
Demikian pula ketika sedang berlangsungnya khutbah Jumat, maka tidak boleh bagi seseorang untuk mengucapkan doa bagi orang yang bersin karena yang demikian termasuk dalam larangan berbicara ketika khutbah sedang berlangsung. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Jika engkau berkata kepada temanmu pada hari jumat ‘Diam’ sementara khotib sedang berkhutbah maka sungguh engkau telah berbuat sia-sia.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Ketika khutbah sedang berlangsung, hendaknya orang yang bersin mengucapkan hamdalah dengan suara yang lirih, cukup dirinya sendiri yang mendengarnya. (Lihat Fatwa Lajnah Daimah, Fatawa ibn Baz, Fatawa ibn Utsaimin)
b. Hendaknya mengeraskan suara dengan wajar ketika mengucapkan doa bagi orang yang bersin agar bisa didengar oleh orang tersebut sehingga dia bisa membalas doa tersebut. Demikian pula bagi orang yang bersin agar mengeraskan suara ketika mengucapkan hamdalah agar orang yang mendengar bisa mendoakannya. (Lihat Syarah Riyadhus Shalihin ibn Utsaimin)
c. Jika ada orang yang bersin namun tidak mengucapkan hamdalah karena tidak tahu hukumnya, maka tidak mengapa bagi kita untuk mengajarinya agar mengucapkan hamdalah lalu kita pun mendoakannya. (Lihat Fathu Dzil Jalali wal Ikram)
Bersin Ketika Sedang Melaksanakan Shalat
Para pembaca rahimakumullah, diperbolehkan bagi yang bersin ketika shalat untuk mengucapkan hamdalah. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim dan yang lainnya. Sebuah kisah dari sahabat Mu’awiyah bin al-Hakam as-Sulami, dia pernah menuturkan kisahnya bersama Nabi, “Ketika aku sedang melaksanakan shalat bersama nabi, aku mendengar ada seseorang yang bersin maka aku mengucapkan doa baginya يَرْحَمُكَ اللهُ. Orang-orang yang ikut melaksanakan shalat waktu itu tiba-tiba memandang kepadaku dengan tajam. Aku berkata, “Ibuku kehilangan diriku, ada apa dengan kalian? Mereka kemudian memukulkan tangan ke paha mereka (memberi isyarat agar aku diam), maka aku pun diam. Tatkala Rasulullah telah menyelesaikan shalat, ayah dan ibuku sebagai tebusanku, belum pernah sama sekali aku melihat ada seorang guru yang mengajarkan ilmu lebih baik dari beliau. Demi Allah, beliau tidak membentakku, tidak memukulku dan tidak mencelaku. Beliau bersabda, “Sesungguhnya shalat ini tidak pantas diucapakan di dalamnya sesuatu dari ucapan manusia. Hanyalah shalat itu berisi tasbih, takbir dan bacaan Al-Qur`an.” HR. Muslim dan Abu Dawud.
Dalam hadits ini tidak disebutkan adanya pengingkaran dari nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada orang yang bersin yang mengucapkan hamdalah ketika sedang melaksanakan shalat. Tentunya, sahabat Mu’awiyah tidaklah mengucapkan doa tersebut kecuali setelah mendengar ada seseorang yang bersin kemudian mengucapkan hamdalah dalam shalat tersebut. Namun yang perlu diperhatikan hendaknya bagi yang bersin tersebut untuk merendahkan suara/pelan-pelan ketika mengucapkan hamdalah, cukup dirinya sendiri yang mendengar. (Lihat Fatawa ibn Utsaimin, Syarah Shahih Muslim, Fathul Bari). Dari hadits ini pula, kita bisa memetik pelajaran
- Bagi orang yang bersin di dalam shalat boleh mengucapkan hamdalah.
- Bagi yang mendengar tidak boleh mendoakannya.
- Bagi orang yang bersin dan mengucapkan hamdalah ketika di dalam shalat lalu ternyata ada yang mendoakannya, maka tidak boleh baginya untuk membalas dengan mendoakan orang tersebut. (Lihat Ma’alimus Sunan al-Khattabi)
Wallahu a’lam bish shawab.
Penulis: Ustadz Abdullah Imam hafizhahullaahu ta’aalaa