cari artikel lainnya

Ingin pasang widget seperti ini? KLIK DISINI

Minggu, 25 Oktober 2015

MERAIH KHUSYU’ DALAM SHALAT ( bagian 2 )

Peranan Khusyu’ Dalam Shalat

 Shalat merupakan ibadah yang sangat agung di sisi Allah. Memang, pada dasarnya semua ibadah itu untuk mengingat Allah. Namun, terkhusus pada ibadah shalat, Allah menegaskan secara langsung di dalam Al Qur’an bahwa tujuan ditegakkannya shalat adalah dalam rangka untuk mengingat-Nya. Allah berfirman (artinya): “Dan tegakkanlah shalat untuk mengingat-Ku.” (Thaha: 14)
  Tujuan shalat yang agung ini mustahil akan terwujud kecuali bila bisa menghadirkan khusyu’ dalam shalat. Khusyu’ dalam shalat ibarat ruh dalam jasad. Jasad yang ditinggal oleh ruhnya, maka jasadnya menjadi mati, sehingga tiada berguna lagi. Seperti itu pula shalat, bila kosong dari kekhusyukan, maka untuk siapa gerakan ruku’ dan sujudnya? Dan apa gunanya membaca bacaan-bacaan dalam shalat?
 Shalat pada hakekatnya juga merupakan do’a dan bermunajat kepada Allah. Rasulullah bersabda:

 اَلمُصَلِّى يُنَاجِى رَبَّه

 “Sesungguhnya orang yang shalat itu sedang bermunajat kepada Rabb-Nya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
  Padahal Allah tidak akan menerima do’a dari hati yang lalai yaitu jauh dari kekhusyukan. Rasulullah bersabda:

 وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ لاَ يَسْتَجِيْبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

“Ketahuilah bahwasanya Allah tidak akan menerima do’a dari hati yang lalai dan kosong.” (H.R. At Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)
  Oleh karena itu khusyu’ sangat mempengaruhi besar kecilnya balasan bagi orang yang shalat. Sebagaimana sabda Rasulullah :

 إِنَّ الْعَبْدَ لَيَنْصَرِفُ مِنْ صَلاَتِهِ وَلَمْ يُكْتَبْ لَهُ مِنْهَا إِلاَّ نِصْفُهَا إِلاَّ ثُلُثُهَا إِلاَّ رُبُعُهَا إِلاَّ خُمُسُهَا إِلاَّ سُدُسُهَا إِلاَّ سُبُعُهَا إِلاَّ ثُمُنُها إِلاَّ تُسُعُهَا إِلاَّ عُشُرُهَا

“Sesungguhnya bila seorang hamba telah selesai dari shalatnya, maka tidak ditetapkan balasan dari shalatnya kecuali ada yang mendapat setengahnya, ada yang mendapat sepertiganya, ada yang mendapat seperempatnya, ada yang mendapat seperlimanya, ada yang mendapat seperenamnya, ada yang mendapat sepertujuhnya, ada yang mendapat seperdelepannya, ada yang mendapat sepersembilannya, dan ada yang mendapat seperesepuluhnya.” (H.R Ashhabus Sunan)

   Sebagian ulama salaf berkata: “Shalat itu ibarat engkau menghadiahkan seorang wanita hamba sahaya kepada sang Raja. Bagaimana tanggapan sang Raja, bila yang engkau hadiahkan itu ternyata tangannya lumpuh, atau sebelah matanya buta, atau telinganya tuli, atau tangan dan kakinya buntung, atau (badannya) sakit atau perangainya jelek ataupun (rupanya) jelek, dan bahkan sudah jadi mayat? Maka bagaimana lagi tentang ibadah shalat, yang dijadikan hadiah dan taqarrub (mendekatkan diri) dari seorang hamba kepada Rabb-Nya? Padahal Allah itu baik, yang tidak menerima kecuali yang baik. Termasuk dari amalan yang tidak baik adalah shalat yang tidak ada ruhnya. Sebagaimana tidak teranggap pembebasan budak yang baik, jika ternyata budak itu sudah tidak ada ruhnya.” (Madarijus Salikin 1/526)

  Para pembaca, sehingga menghadirkan khusyu’ dalam shalat itu memilki peranan sangat penting terhadap nilai ibadah shalat. Karena pada hakekatnya tiap gerakan dan bacaan dalam shalat menggambarkan bentuk dialog dan munajat dia kepada Rabb-Nya Yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sungguh ironis, bila kita shalat tapi hati kita kosong/lalai dari menghayati apa yang kita gerakkan dan ucapkan dari ruku’, sujud dan seterusnya.
  Lagi pula, sesungguhnya ibadah shalat itu bukanlah untuk Allah. Karena Allah itu adalah Dzat Yang Maha Kaya Yang tidak butuh kepada sesuatu apapun. Rasulullah bersabda:

 يَا فُلاَنُ ! أَلاَ تُحْسِنُ صَلاَتَكَ ؟ أَلاِّ يَنْظُرُ المُصَلِّي إِذَا صَلَّى كَيْفَ يُصَلِّى ؟ فَإِنَّهَا يُصَلِّي لِنَفْسِِهَا

 “Wahai fulan, tidakkah engkau membaikkan shalatmu? Tidakkah seseorang yang mengerjakan shalat melihat bagaimana ia shalat? Karena sesenguhnya ia shalat itu (manfaat/pahalanya kembali) untuk dirinya sendiri. (H.R Muslim no. 423, dari sahabat Abu Hurairah)

   Insya Allah bersambung...

 Sumber:   http://buletin-alilmu.net/2006/09/19/meraih-khusyu-dalam-shalat-bagian-ke-1/

0 komentar

Posting Komentar

PILIHAN-PILIHAN