Ad Dabbah Binatang Melata yang Muncul pada Akhir Zaman
[Beriman terhadap Hari Akhir (9)]
Para pembaca yang semoga dirahmati oleh
Allah, pada edisi kali ini kami insya Allah akan membahas salah satu
tanda-tanda besar kiamat, sebagai kelanjutan dari pembahasan yang telah
kita lewati pada edisi-edisi sebelumnya. Tanda hari kiamat tersebut
adalah keluarnya ad Dabbah (binatang melata) dari bumi.
Waktu Kemunculannya
Tentang waktu munculnya ad Dabbah ini Allah – subhanahu wa ta’ala – berfirman (yang artinya):
“Dan apabila perkataan telah jatuh
atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan
mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin
kepada ayat-ayat Kami” (An Naml: 82).
Ada beberapa penafsiran
dari para ulama tentang makna الْقَوْلُ (perkataan) pada ayat tersebut.
Sebagian menafsirkannya dengan ‘adzab’, apabila manusia telah rusak dan
berhak mendapatkan adzab maka ad Dabbah akan keluar dari bumi. Sebagian
lagi menafsirkannya dengan ‘murka dari Allah’.
Kapankah umat manusia dikatakan berhak mendapatkan adzab dan murka dari Allah?
Berkata sebagian ulama di antaranya sahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu
bahwa hal tersebut terjadi ketika manusia sudah tidak lagi mengajak
kepada perkara-perkara ma’ruf (kebaikan) dan tidak pula melarang dari
perkara-perkara kemungkaran ketika mengetahuinya. Kita berlindung kepada
Allah dari adzab dan murka-Nya.
Ulama yang lain
menafsirkan الْقَوْلُ dengan ‘bukti-bukti yang nyata dari Allah’,
termasuk dalam bukti-bukti yang nyata tersebut adalah tanda-tanda besar
kiamat yang telah muncul sebelumnya seperti keluarnya dajjal dan
turunnya Nabi Isa ‘alaihis salam. Setelah ‘bukti-bukti kekuasaan Allah tersebut nampak maka Allah akan mengeluarkan ad Dabbah dari bumi.
Ad Dabbah akan keluar pada akhir zaman,
pada saat manusia telah berada dalam keadaan lemah iman dan rusak,
sebagaimana yang dijelaskan oleh al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah
dalam tafsir ayat tersebut, “Binatang melata ini keluar pada akhir
zaman ketika manusia telah rusak dan meninggalkan perintah-perintah
Allah, serta mereka merubah agama yang benar. Allah mengeluarkan suatu
binatang melata dari dalam bumi kemudian mengatakan kepada mereka hal
tersebut” (‘Umdatut Tafsir hal 667).
Munculnya ad-dabbah berdekatan dengan
waktu terbitnya matahari dari arah barat. Tidak diketahui apakah
ad-dabbah muncul terlebih dahulu ataukah terbitnya matahari dari barat.
Rasulullah bersabda:
إِنَّ أَوَّلّ الْآيَاتِ
خُرُوْجًا طُلُوْعُ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا وَخُرُوْجُ الدَّابَّةِ
عَلَى النَّاسِ ضُحًى وَأَيُّهُمَا مَا كَانَتْ قَبْلَ صَاحِبَتِهَا
فَالْأُخْرَى عَلَى إِثْرِهَا قَرِيْبًا
“Sesungguhnya tanda-tanda (kiamat)
yang pertama muncul adalah terbitnya matahari dari arah tenggelamnya
(barat) dan keluarnya binatang melata kepada manusia pada waktu dhuha,
yang mana saja dari keduanya terjadi terlebih dahulu maka yang lainnya
menyusul sesaat setelahnya” (H.R. Muslim no 7570).
Dari hadits tersebut pula, diketahui
bahwa kemunculan ad Dabbah tersebut adalah waktu dhuha, yaitu waktu di
antara saat naiknya matahari setinggi tombak hingga saat matahari berada
di puncak/tengah langit.
Ciri-ciri ad Dabbah
Sebagian ulama menyebutkan ciri-ciri ad
Dabbah tersebut, namun tidak satu pun ciri-ciri yang disebutkan ditopang
oleh dalil baik dari ayat Al Qur`an maupun dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih. Maka cukuplah bagi kita untuk mengimani apa yang telah disebutkan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang ad Dabbah, tanpa perlu menetapkan ciri-cirinya secara
mendetail, karena perkara tersebut termasuk hal ghaib yang tidak bisa
diketahui kecuali dari wahyu berupa ayat Al Qur`an ataupun hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih.
Al ‘Allamah As Sa’dy berkata dalam
lanjutan tafsir ayat 82 dari surat An Naml di atas: “Allah dan Rasul-Nya
tidaklah menyebutkan bagaimana wujud binatang melata ini, akan tetapi
beliau menyebutkan dampak dan maksud dari dikeluarkannya binatang
tersebut. Bahwasanya ia adalah termasuk dari tanda-tanda kekuasaan
Allah, ia berbicara kepada manusia dengan cara yang di luar kebiasaan
ketika telah jatuh ketetapan atas mereka, dan ketika mereka meragukan
ayat-ayat Allah, hingga ia menjadi hujjah dan bukti bagi orang-orang
yang beriman dan hujjah atas orang-orang yang menentang” (Tafsir As
Sa’dy hal. 581)
Tempat keluarnya
Ulama juga berbeda pendapat tentang
tempat keluarnya ad Dabbah tersebut. Sebagian dari pendapat tersebut
didasarkan pada hadits yang sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ada yang didasarkan pada perkataan shahabat, hanya saja baik hadits maupun atsar shahabat tersebut tidak ada yang shahih.
Walhasil, tidak ada suatu hadits shahih
atau atsar shahih yang bisa menjadi dasar untuk menentukan di mana
tempat keluarnya ad Dabbah tersebut. Maka sekali lagi sikap yang benar
bagi kita adalah hendaknya kita mengimani tentang keluarnya ad Dabbah,
adapun mengenai di mana tempat keluarnya maka hal itu adalah urusan
Allah dan kita tidak memiliki pengetahuan tentangnya.
Apa saja yang dilakukan ad Dabbah?
Adapun tentang hal-hal yang dilakukan ad
Dabbah, maka pada permasalahan ini telah datang pengabaran dari ayat Al
Qur`an dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang shahih. Ulama menyimpulkan bahwa yang akan dilakukan ad Dabbah ada tiga hal:
1. Berbicara kepada manusia
2. Memberi tanda kepada orang-orang kafir.
3. Memberi tanda kepada kaum mukminin, membuat terang wajah mereka hingga bersinar cemerlang.
1. Berbicara kepada manusia
2. Memberi tanda kepada orang-orang kafir.
3. Memberi tanda kepada kaum mukminin, membuat terang wajah mereka hingga bersinar cemerlang.
Pada ayat An Naml: 82 yang telah kita lewati, Allah – subhanahu wa ta’aa – berfirman (yang artinya):
“Dan apabila perkataan telah jatuh
atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan
mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin
kepada ayat-ayat Kami” (An Naml: 82).
Para ahli tafsir berbeda pendapat dalam penafsiran lafazh “تُكَلِّمُهُمْ” pada ayat tersebut.
Pendapat pertama:
mengajak bicara mereka (manusia), dan ini adalah pendapat Ibnu ‘Abbas
dalam satu riwayat, al Hasan al Bashri, Qatadah, dan diriwayatkan dari
Ali.
Pendapat yang kedua:
melukai mereka, yakni orang-orang kafir diberi tanda pada hidung mereka
dengan cara melukainya. Ini adalah penafsiran Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma dalam riwayat yang lain.
Penafsiran ini sesuai dengan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al Imam Ahmad rahimahullah dari Abu Umamah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Akan keluar ad Dabbah kemudian
memberikan tanda pada hidung-hidung mereka (yakni orang-orang kafir –
pent) maka mereka akan hidup di antara kalian, sampai-sampai ketika
seseorang membeli binatang ternak kemudian dia ditanya: dari siapa
engkau membelinya? Maka dia menjawab: dari orang yang memiliki tanda
pada hidungnya”. Hadits ini dishahihkan oleh Al ‘Allamah Al Albany rahimahullah.
Hadits ini menunjukkan bahwa pada saat
ad Dabbah tersebut keluar, maka ia akan memberikan tanda yang nampak
jelas pada hidung orang-orang kafir sampai-sampai mereka dapat dikenali
manusia dengan tanda tersebut.
Pendapat ini cocok dengan
qiraah (riwayat bacaan) Abu Zur’ah ibn ‘Amr atas ayat An Naml: 82
tersebut, di mana beliau meriwayatkan ayat tersebut dengan lafazh
“تَكْلَمُهُمْ” yang bermakna melukai.
Pendapat yang ketiga:
bahwa lafazh “تكلمهم” memiliki kedua makna yang telah disebutkan pada
kedua pendapat di atas, ini berarti ad Dabbah ketika keluar mengerjakan
dua hal tersebut, mengajak bicara manusia dan juga memberikan tanda
dengan melukai orang-orang kafir. Ini adalah pendapat Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma dalam satu riwayat.
Berkata Ibnu Katsir rahimahullah
menyifati pendapat ketiga ini: “Itu adalah pendapat yang bagus, dan
tidak ada pertentangan”. Yang beliau maksudkan adalah tidak ada
pertentangan antara pendapat pertama dengan pendapat kedua.
Adapun tentang perbuatan ad Dabbah yang
akan memberikan tanda berupa cahaya pada wajah orang-orang yang beriman
adalah berdasarkan suatu hadits yang diperselisihkan keshahihannya.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Majah, At Tirmidzy, dan Al Imam
Ahmad rahimahumullah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya):
“Ad Dabbah akan keluar bersama cincin Sulaiman bin Dawud, dan tongkat Musa bin ‘Imron ‘alaihimassalam,
kemudian ia akan memberi cahaya pada wajah orang yang beriman dengan
tongkat serta menandai hidung orang kafir dengan cincin, sampai-sampai
orang-orang yang mengitari meja makan berkumpul kemudian berkata salah
seorang dari mereka (kepada orang yang bersinar wajahnya): wahai orang
beriman, lalu ia menjawab kepadanya (orang yang memiliki tanda di
hidungnya): wahai orang kafir”, yaitu orang-orang ketika itu saling
mengenali siapa yang beriman di antara mereka, dan siapa yang kafir
dengan tanda yang dibuat ad Dabbah tersebut.
Hadits ini digolongkan oleh Al ‘Allamah
Al Albany sebagai hadits yang dha’if, adapun Asy Syaikh Ahmad Syakir
maka beliau menshahihkannya, wallahu a’lam bis shawab.
Perkataan yang disampaikan oleh ad Dabbah
Sebagaimana dalam ayat An Naml: 82 di
atas, ketika keluarnya ad Dabbah akan mengajak bicara manusia. Lalu apa
perkataan yang akan disampaikannya?
Sebagian ulama mengatakan bahwa ad
Dabbah akan berkata pada manusia bahwa sesungguhnya mereka dahulu tidak
yakin kepada ayat-ayat (tanda-tanda) kebesaran Allah, sebagaimana yang
disebutkan dalam lafazh ayat tersebut. Dan di antara ayat-ayat Allah
adalah tanda-tanda hari kiamat yang telah dikabarkan kemunculannya oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya adalah
keluarnya ad Dabbah. Ini menunjukkan bahwasannya seorang mukmin haruslah
benar-benar beriman kepada tanda-tanda kiamat tersebut tanpa ada
keraguan sedikit pun di dalam hati.
Sebagian lagi berkata bahwa ad Dabbah
akan menyampaikan kepada manusia bahwa seluruh agama selain Islam adalah
agama yang bathil. Ulama yang lain berpendapat bahwa ad Dabbah akan
berbicara kepada orang-orang kafir dengan perkataan buruk yang tidak
menyenangkan mereka. Demikianlah sekelumit pembahasan tentang binatang
melata yang akan muncul pada akhir zaman, mudah-mudahan dapat memperkuat
keimanan kita kepada hari kiamat yang dijanjikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala.
Wallahu a’lam bish shawab
Penulis: Ustadz Abu Ahmad Purwokerto
0 komentar
Posting Komentar